“Bukan hanya soal blokir, tapi menyangkut citra dan nama baik. Setahu saya, seseorang yang rekeningnya diblokir biasanya dicurigai terlibat tindak pidana atau transaksi kejahatan. Apakah saya dianggap seperti itu?,” katanya dengan nada kecewa.
Ia bahkan menyinggung soal nominal yang menurutnya wajar jika dicurigai, namun merasa tak masuk akal jika hal serupa diterapkan pada dirinya.
“Kalau Rp300 juta, itu masih masuk akal,” ucapnya, menanggapi kemungkinan dicurigainya dana yang masuk ke rekening pribadinya.
Lebih jauh, ustaz yang aktif berdakwah keliling Nusantara itu meminta para pengambil kebijakan untuk lebih bijak dan berpihak pada kepentingan publik.
“Ini bukan kritik terhadap pemerintah, apalagi teror. Ini adalah bentuk cinta saya kepada negara, agar rakyat tetap percaya kepada bank dan pengelolaan keuangan. Bayangkan jika kepercayaan rakyat hilang, lalu mereka menarik semua uang dari bank. Bukankah itu justru lebih membahayakan?” imbuhnya.
Das’ad juga menegaskan, uang di rekeningnya digunakan untuk kegiatan sosial dan pembangunan rumah ibadah.
“Meski saya seorang ustaz, dana itu saya gunakan untuk membangun masjid. Saya membangun masjid di Ujung Tol dengan dana pribadi, tanpa bantuan dari mana pun. Itu semua hasil ceramah saya,” jelasnya.
Baginya, dakwah bukan hanya sebatas lisan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata.
“Ini bukti kecintaan kami terhadap dakwah, bukan sekadar wacana,” pungkasnya.
(Muhsin/fajar)