Awan di Atas Lapangan, Cerita dari Langit Sekolah

  • Bagikan

Oleh: A. Nadia Amalina
(Pelajar)

Setiap Senin pagi, kami para siswa SMA berdiri rapi di lapangan untuk upacara bendera. Mata fokus ke tiang bendera, tapi sesekali pandangan melayang ke langit. Di sana, awan-awan putih bergerak pelan, seolah ikut menyaksikan jalannya upacara. Kadang mereka melaju cepat, kadang nyaris diam di tempat. Semua itu digerakkan oleh angin. Kalau mau mengamati, arah dan kecepatan awan bisa menjadi petunjuk arah angin yang sedang berhembus.

Awan bukan sekadar gumpalan kapas raksasa di langit. Mereka lahir dari perjalanan panjang air yang dimulai dari panasnya sinar matahari. Air dari laut, sungai, dan danau menguap, lalu naik ke langit. Di atmosfer yang lebih dingin, uap air ini berubah menjadi titik-titik air atau kristal es melalui proses kondensasi. Partikel kecil seperti debu, asap, atau garam laut menjadi tempat menempel bagi tetesan air ini. Semakin banyak yang bergabung, semakin besar awan terbentuk.

Kabut pun sebenarnya termasuk jenis awan. Bedanya, kabut berada di dekat permukaan tanah. Udara hangat dan lembap yang melewati pegunungan bisa cepat mendingin, lalu mengembun menjadi kabut tebal. Kabut seperti ini sering mengurangi jarak pandang. Jadi, kalau sedang study tour ke daerah pegunungan dan jalanan mulai berkabut, jangan lupa ingatkan sopir bus untuk menyalakan lampu demi keselamatan.

Bentuk dan letak awan di langit bisa dimanfaatkan untuk membaca cuaca. Awan sirus, misalnya, berada di ketinggian 6–13 km, bentuknya tipis seperti helai benang dan biasanya muncul saat cuaca tenang. Namun, awan ini juga bisa menjadi tanda hujan dan angin kencang beberapa hari ke depan. Ada juga altostratus di ketinggian menengah, stratus yang rendah dan meluas seperti selimut langit, serta kumulus yang menggumpal seperti biri-biri.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan