FAJAR.CO.ID, MAKASSAR - Tumpukan massa dan saling berdesak-desakan tak terhindarkan, saat aksi unjuk rasa di depan DPRD Sulsel, Jalan Urip Sumohardjo, Kota Makassar, Kamis sore (8/10/2020).
Massa yang berunjuk rasa di sana diketahui berasal dari beberapa elemen. Diantaranya ormas Pemuda Pancasila (PP) dan Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia (GMBI).
Ada juga berasal dari kalangan mahasiswa dari berbagai aliansi dan kampus di Kota Makassar. Jika digabung, jumlah massa yang berada di lokasi berjumlah ratusan orang.
Mereka berkumpul dan berdesakan dan tidak lagi menerapkan protokol kesehatan Covid-19. Mereka berdesakan sejak siang hari tadi, pada Kamis (8/10/2020) hingga sore ini sekitar pukul 16.44 Wita.
Selain itu, mereka juga membakar beberapa ban bekas dan menutup seluruh arus lalu lintas di depan gedung wakil rakyat Sulsel tersebut
Sampah pun berserakan di jalan itu. Akan tetapi, hal itu tetap tidak dipedulikan oleh para ratusan massa aksi, demi menyampaikan orasinya di sana.
"Kami minta anggota dewan yang ada di dalam keluar menemui kami, dan membuat pernyataan sikap untuk menolak dan mencabut UU Cipta Kerja," teriak salah seorang orator dari kader PP, menggunakan alat pengeras suara.
Sayangnya, permintaan mereka untuk bertemu dengan wakil rakyat belum bisa dilakukan. Justru mereka dihadang oleh aparat kepolisian yang berada di halaman kantor tersebut.
Ketegangan antara massa dan aparat sempat terjadi selama beberapa menit. Bentrok pertama terjadi sekitar pukul 14.00 Wita tadi.
Saling serang menggunakan batu oleh massa tak terhindarkan. Polisi pun membalas dengan tembakan gas air mata. Dua orang terduga provokator ditangkap saat itu juga.
Sementara pada pukul 16.30 Wita, ketegangan lagi-lagi terjadi. Massa dari kalangan mahasiswa kembali melempar ke dalam halaman parkir kantor DPRD Sulsel.
Mahasiswa kecewa karena sejak siang tadi, mereka tidak dipertemukan dengan salah satu anggota dewan, untuk mendengarkan aspirasinya.
Beruntung masih ada beberapa massa aksi yang lain yang berupaya meredam ketegangan itu. Mereka meminta agar aksi ini berjalan lancar tanpa aksi anarkis.
"Hati-hati jangan sampai ada penyusup yang melakukan provokator, hingga membuat aksi ini jadi ricuh. Aksi ini adalah aksi damai," teriak lagi massa aksi dari kader PP.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Ibrahim Tompo, justru prihatin dengan adanya aksi unjuk rasa yang digelar para kaum buruh dan mahasiswa di masa pandemi Covid-19 ini.
Menurut dia, tidak akan pernah ada rekomendasi atau izin soal pembatasan jumlah massa, yang berpotensi dapat menyebarkan virus dalam jumlah besar dalam aksi besar-besaran tersebut.
"Sebenarnya tidak ada yang diberikan rekomendasi untuk unjuk rasa, maupun giat yang sifatnya mengumpulkan banyak orang," kata Ibrahim.
"Sebaiknya bijaksana menyikapi kondisi saat ini. Prioritaskan keselamatan banyak orang. Lebih baik tidak mengadakan kegiatan yang mengumpulkan massa," sambung perwira tiga melati ini. (Ishak/fajar)