"Saya sampaikan, saya keluarkan KTP dan saya bukan dari bagian massa aksi tapi tidak dihiraukan. Saya langsung dipukul di kepala secara berulang kali. Itu dilakukan kurang lebih 15 orang (oknum polisi)," jelasnya dengan raut wajah yang mulai kesal.
Andri berupaya untuk meyakinkan polisi bahwa dia adalah dosen dan bukan dari bagian massa aksi yang anarkis, ternyata gagal hingga oknum itu terus menyiksa Andri secara membabi buta.
Andri pun mulai kehabisan tenaga dan tak mampu lagi menjelaskan, jika dia adalah seorang dosen kepada polisi. Bahkan dia sempat mengira bahwa saat itu adalah detik-detik sebelum dia tewas dihajar para oknum polisi.
"Tiga kali saya berdiri, saya dihantam pakai tameng di paha hingga lebam. Luka ini (di tangan) saya sudah tak sadar. Sempat saya kira di situ adalah ajal saya," jelas dia. (Ishak/fajar)