Yang prosesnya paling sulit, kata Margana, barang-barang hasil jarahan. ’’Barang-barang yang statusnya rumit ini biasanya emas, permata, atau yang punya nilai material tinggi,’’ jelas Margana.
Dari pengalaman Margana, ada identifikasi yang panjang untuk setiap barang yang hendak dikembalikan ke Indonesia. Misalnya, surat-menyurat. Jika barang-barang yang diberikan raja-raja berbagai kawasan Indonesia dimaksudkan sebagai hadiah, biasanya ada arsip lengkap.
’’Kurator-kurator museum di Belanda galak-galak karena benda-benda dari Nusantara umumnya punya daya magnet kuat,’’ katanya.
Persoalannya, Belanda belum punya data lengkap benda-benda bersejarah yang mereka bawa dari tanah jajahan. Itu belum bicara biaya perawatan yang umumnya mahal.
Karena itu, kata Margana, repatriasi kalau berjalan mulus sebenarnya membantu pemerintah Belanda. Hanya, masalahnya, yang akan menerima pengembalian barang apakah juga sudah menyiapkan fasilitas dan biayanya? (JPC)