FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Andi Lathifah namanya. Guru berstatus honorer di SLB Negeri 1 Makassar ini tidak putus asa mengajar, meski di masa pandemi Covid-19.
Di masa itu pula, kesulitan dalam mengajarkan ilmu mata pelajaran tentu ada. Mungkin lebih sulit jika dibandingkan mengajar anak normal secara daring.
Kata Lathifah, menjadi guru bagi anak berkebutuhan khusus harus paham dengan kondisi siswanya. Sang guru harus lebih banyak mengalah, agar siswanya bisa tetap betah belajar.
"Tiga jam (mengajar daring). Tapi kadang melihat kondisi siswa saya juga. Mereka mood moodtan juga," katanya, Sabtu (5/12/2020).
Lathifah mengajari siswa-siswanya paling banyak enam orang. Meski sedikit, tentu rasa lelah kadang timbul di benak alumni Universitas Negeri Makassar (UNM) ini.
Selama mengajar daring, Lathifah harus lebih peka memahami kemauan siswanya selama belajar secara daring. Dia harus mengubur dalam-dalam emosinya, agar mental para siswanya tidak turun.
"Kalau teknik mengajar saya mungkin lebih kepada memahami siswaku. Kadang saya kasih juga teknik bermain," jelasnya.
"Mereka juga punya rasa cemburu dan selalu masih di perhatikan khususnya sama guru. Apalagi yang mereka senangi," sambung wanita berkaca mata ini.
Di balik itu semua, rupanya ada motivasi tersendiri dari Lathifah hingga ingin jadi guru anak-anak berkebutuhan khusus daripada berkarir di dunia geografi, sebagaimana ilmu yang ia dapat di bangku kuliah dulu.
"Mungkin saya senang dengan anak anak. Harapanku melalui tangan saya anak-anakku di SLB bisa berkembang satu atau dua langkah. Insya Allah," terangnya.
"Apalagi saya juga aktif di lembaga kemanusiaan (ACT). Jadi tidak ada alasanku untuk tidak peduli dengan anak-anakku di sekolah," tambah Lathifah.
Lathifah mulai bekerja sebagai guru anak-anak berkebutuhan khusus sejak Juni 2020 lalu. Kala itu, sekolah tersebut memang sedang butuh tenaga pengajar.
Impian lama dari Lathifah untuk lebih dekat dengan anak-anak pun terkabulkan. Dia diterima dan menjadi guru sekaligus sahabat para siswa disabilitas hingga saat ini.
Selama mengajar, tentu rasanya berbeda dengan siswa normal pada umumnya. Ada kesulitan tersendiri dalam mengajar anak disabilitas.
"Kondisi anak berkebutuhan khusus jelas berbeda dengan anak pada umumnya. Tapi mereka juga kuat feelingnya dengan orang yang sayang dengan mereka. Bahkan perasaanya lebih kuat satu sama lain," jelasnya kepada Fajar.co.id. (ishak/fajar)