FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Habib Bahar Smith sedang berseteru dengan KSAD Jenderal Dudung Abdurrachman. Terkait ini, Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa diminta turun tangan menengahi.
Diketahui, Habib Bahar sedang mengkritik pernyataan Jenderal Dudung Abdurrachman soal ‘Tuhan bukan orang Arab’.
Imbas dari kritikan Habib Bahar terhadap Jenderal Dudung ini menyebabkan kehadiran Danrem 061/Suryakancana Brigadir Jenderal TNI Achmad Fauzi ke pondok pesantren milik Habib Bahar Smith di Kemang, Bogor, Jawa Barat.
Kedatangan Brigjen TNI Achmad Fauzi ini masih menyisakan pertanyaan di publik.
Terlebih, beragam spekulasi muncul usai kejadian tersebut. Apalagi kedatangan itu tidak lama setelah ceramah Habib Bahar bin Smith yang menyinggung KSAD Jenderal Dudung Abdurachman.
Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin meminta agar Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa turun tangan.
Jenderal Andika Perkasa harus bisa memastikan Jenderal Dudung Abdurachman tidak mudah terbawa perasaan saat berhadapan dengan rakyat.
Dengan begitu, maka tidak akan ada lagi prajurit TNI yang harus mendatangi pihak-pihak yang mengkritik Jenderal Dudung Abdurrachman.
“Jenderal Andika harus bisa pastikan Dudung tidak baper saat dikritik rakyat, lalu kerahkan prajurit TNI menghadapi rakyat,” tegasnya, Senin (3/1).
Lebih lanjut, Ujang mengingatkan bahwa praktik TNI berhadapan dengan rakyat tidak boleh terjadi. Menurutnya, hal itu merupakan gaya Orde Baru yang tidak boleh ada lagi di era saat ini.
“Mestinya TNI bersama-sama rakyat bersatu. Bersatu jaga NKRI dan Pancasila,” tutupnya.
Sementara itu, Habib Bahar Smith mendatangi Polda Jabar, sesuai SPDP yang dikirim Ditreskrimum Polda Jabar.
Habib Bahar tiba di Mapolda Jabar pukul 12.10 WIB, Senin (3/1/2022), Habib Bahar bin Smith didampingi tim kuasa hukum dan beberapa orang kerabatnya.
Sesaat sebelum masuk ke Gedung Ditreskrimum Polda Jabar, Habib Bahar menyatakan bahwa dirinya dilaporkan secepat kilat.
“Sebab kenapa, karena saya dilaporkan secepat kilat, sedangkan masih ada penista Allah, penista agama dilaporkan, tidak diproses sama sekali,” terangnya, di depan gedung Ditreskrimum Polda Jabar, Senin 3 Januari 2022.
Habib Bahar menambahkan, bahwa dirinya menegaskan, demi Islam, demi bangsa, demi rakyat, demi Indonesia, demi agama, demi aqidah, jangankan dipenjara, nyawa jiwa raganya murah harganya.
“NKRI harga mati, Indonesia merdeka,” katanya.
“Nyawa saya murah harganya, NKRI harga mati,” pungkas Habib Bahar.
Habib Bahar sebelumnya menegaskan, bahw dirinya tidak pernah mangkir dari panggilan polisi. (ral/rmol/pojoksatu)