Erick menjelaskan, langkah BUMN mendekati pondok-pondok pesantren mendapat perhatian dari publik, padahal langkah tersebut semata-mata untuk mendorong para santri menjadi muslimpreneur, karena pesantren sendiri adalah jendela masa depan bangsa Indonesia.
“Pesantren itu merupakan mercusuar peradaban yang harus dibangun ekosistem daripada ekonomi umat tadi. Supaya apa? Terjadi ekosistem besar di mana ini menjadi pertumbuhan ekonomi kita. Kita harus menjadi bangsa yang lebih mandiri. Percuma kita merdeka kalau tidak berdaulat. Karena itu hal-hal ini, tanpa menyalahkan siapapun, tanpa andil asing, kita harus kembali instrospeksi diri kita sendiri,” jelasnya.
Lebih jauh mantan Presiden Intermilan itu, kehadiran dirinya di Pasuruan ini adalah undangan dari Walikota Pasuruan Saifullah Yusuf atau akrab disapa Gus Ipul untuk membicarakan rencana pengembangan potensi wisata di Pasuruan.
“Salah satu kenapa saya diundang oleh Gus Ipul untuk sinergitas aset BUMN dengan visi Gus Ipul yang menjadikan Pasuruan tempat wisata. Tepat sekali saya bilang sama Gus Ipul 100 persen industri pariwisata Indonesia itu tamu asingnya hanya 28 persen Rp 300 triliun, dan wisatawan lokalnya 72 persen Itu Rp 1.400 triliun,” paparnya.
“Kenapa kita sebagai bangsa lebih berpikir melayani bangsa asing dibandingkan kita memproritaskan melayani bangsa kita sendiri. Tidak mungkin seluruh kota wisata di Indonesia, bisa dihadiri oleh turis asing, Kebanyakan justru tergantung oleh wisata dalam negeri,” sambungnya.
Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah itu juga menyinggung soal pergerakan ekonomi dimasa mudik lebaran dan arus balik, baik di Pulau Jawa maupun di Pulau Sumatera. Menurut Erick Thohir, publik akan melihat pada masalah macet saat mudik, namun ada hal besar tang luput dari pandangan publik, yakni pertumbuhan ekonomi, dimana mobilisasi truk-truk pengangkut bahan pokok pangan dan bahan lainnya ke Sumatera dan Jawa.