FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato kepresidenan dalam rangka penyampaian Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2023.
Dalam kesempatan itu, Jokowi mengatakan, tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia masih lebih baik dengan negara lain, baik dibandingkan dengan Asia maupun negara-negara maju lainnya.
Menanggapi perkataan Jokowi, Ekonom Rizal Ramli menjelaskan, setahun terakhir, komoditi dan energi naik tinggi karena lonjakan permintaan pasca-covid dan perang Ukrania.
“Indonesia dapat keuntungan dadakan (windfall profit). Keuntungan itu akibat faktor eksternal, bukan hasil strategi yg unggul, peningkatan daya saing atau effisiensi ekonomis!” jelas Rizal Ramli melalui cuitan di akun Twitter pribadinya, Rabu (17/8/2022).
Pria yang akrab disapa RR ini bilang, Indonesia punya banyak komoditi dan sumber daya alam tumbuh 5,5 % Q2-2022, tetapi menurut RR negara-negara yang tidak memiliki sumber daya alam, ekonomi mereka tumbuh lebih tinggi.
“Vietnam 7,7% & Filipina 7,4% menunjukan bahwa mereka memiliki nilai tambah dan effisiensi yang lebih tinggi,” tutur RR.
Indonesia kata RR, mendapat keuntungan dadakan karena faktor eksternal, apalagi oligarki komoditi dan tambang.
“Tetapi kehidupan rakyat masih susah, Gini Index turun dari 0,381 menjadi 0,384. Rakyat juga dibebani kenaikan harga listrik, BBM, sekolah. Inflasi hanya 5%, tetapi inflasi makanan sudah 10%,” kata RR.
“Faktor eksternal itu sementara. Satu tahun ke depan, akan balik arah karena pengetatan likwiditas OECD (Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi) kurangi permintaan dan perang Ukraina masuk tahap containment (gitu2 aja),” lanjut RR.