Tapi pada sore hari sekitar pukul 05.00 WITA, lewat itu masih terjadi aksi. Kemudian malam terjadi konsentrasi massa, sehingga terjadi kejadian pembakaran penjarahan di mess putri dan mess TKA.
Dia mengungkapkan, karyawan PT GNI ada sekitar 13.000. 1.300-an lebih adalah TKA. Kemudian 11.000 lebih adalah TKI.
Terkait isu ketimpangan pengkajian, dia mengaku tidak tahu persis, tapi kalau kondisi lapangan TKA yang paling berat pekerjaannya.
“Kalau menurut saya karena kenapa, mereka kerja nonstop bahkan sambil bergelantungan makan, sambil di atas crane. Sambil ini kadang-kadang mereka makan siang sambil bawa bekal. Kemudian setelah pulang kerja mereka wajib masuk mess dan tidak boleh keluar kawasan. Dan kamar mereka ya kamar kontainer-kontainer itu ya, kondisi yang ada kalau bilang TKA senang, kayaknya kalau saya melihat kondisi lapangan justru pekerjaan mereka berat bang, bekerja aja berat tapi kalau fasilitasnya bagus kan mereka tinggal di kontainer, nggak bisa keluar ya,” ucapnya.
Sementara TKI kata dia, biasanya paling banyak adalah di operator kemudian pembangunan.
Dia menegaskan, tuntutan tentang K3 (kesehatan dan keselamatan kerja) itu sudah ada perbaikan dilakukan oleh perusahaan. Bahkan ia mengaku melibatkan pengawas ketenagakerjaan provinsi.
Terkait tuntutan sanksi-sanksi terhadap surat peringatan itu kata dia sudah diperbaiki oleh perusahaan.
Begitu pun persoalan surat sakit karena perusahaan menuntut bahwa surat sakit ini harus dikeluarkan oleh institusi kesehatan tertentu karena seringkali mereka menemukan surat sakit yang palsu.