FAJAR.CO.ID - Founder Natsho Helen Nathalia (@helen_nathso) untuk lebih dekat ke konsumen mengunjungi berbagai kota untuk memperkenalkan produk miliknya. Kota pertama yang dituju adalah Makassar.
Nathso sendiri merupakan produk jamu herbal. Terdapat dua produk yakni Nathso V untuk perempuan dan Nathso Men untuk pria. Keduanya merupakan jamu yang berkhasiat untuk memelihara kesehatan.
Komisaris PT Srikandi Sumber Berkat Apt. Marthy Meliana Jalmav, S.Farm., M.Farm menjelaskan jika saat ini Nathso V dan Natsho Men adalah produk pertama yang diluncurkan dari produsen asal Surabaya ini.
Dia menjelaskan tentang proses awal pengajuan produk ini. Menurutnya sebelum meluncurkan produk jamu herbal tersebut telah dilakukan beberapa uji preklinis untuk memastikan produk.
Dari sisi penjualan mereka menerapakan sistem post market. Jadi tidak hanya sekedar membuat produk, lalu menjualnya dan dapat untung. Namun, dia ingin lebih dekat kepada konsumennya.
"Jadi kita gak sekedar jual terus udah gak tahu, padahal kan nggak. Kita mengambil langkah ini untuk menyapa customer gimana ada keluhan atau nggak. Kebanyakan produsen jarang ketemu customer, jarang yang mau dengar keluhan konsumen, kita gak mau sekedar bikin produk jual yah udah. Kita mau ketemu customer kita mau lebih dekat ibaratnya kayak jalin chemistry" kata Marthy.
Lebih lanjut dia menjelaskan jika Founder Nathso sendiri ingin produknya menjadi berkat bagi wanita. Dirinya juga menjamin jika produk yang dijualnya tidak abal-abal.
"Dari foundernya sendiri bu Helen pengen jamu ini jadi berkat bagi wanita. Saya mau menjelaskan kalau produk kita gak abal-abal. Kalau misalnya abal-abal kan saya yang bakal kena. Saya yang lebih tahu ilmu sebagai akademisi harusnya lebih ngerti," tutup wanita yang juga sebagai dosen Farmasi di Surabaya ini.
Awal Mula Nathso
Founder Nathso, Helen Nathalia menerangkan jika nama awal produknya adalah Guva. Helen sebelumnya aktif di usaha perawatan spa pasca melahirkan. Namun, sayangnya saat pandemi melanda, tempat usahanya harus di tutup.
Sebagai orang Jawa yang kental dengan tradisi minum jamu setelah melahirkan, dirinya juga memberikan jamu kepada para pelanggan sebagai bagian dari perawatan.
Tetapi, meski tempat perawatannya tidak beroperasi, masih banyak orang yang tertarik untuk mengonsumsi jamu miliknya. Dan mereka pun merasakan manfaat luar biasa setelah mengonsumsinya setiap hari. Seperti masa nifasnya lebih pendek dan produksi ASI juga semakin lancar.
Awalnya Helen mengaku tidak ingin menjual jamu yang sering dikonsumsinya. Bukan tanpa alasan saat itu jamunya masih dalam bentuk cair sehingga tidak bisa tahan lama. Dirinya pun sempat ragu untuk menjual jamu miliknya. Namun, dengan banyaknya permintaan pelanggannya dia akhirnya mulai menjual jamu miliknya.
"Banyak yang nanya, gimana cara belinya? Karena dia merasa butuh jamu ini. Yah udah deh dijual aja. Waktu itu satu botol yang seliter itu dijual Rp. 15.000," katanya saat ditemui di The Saigon Eat and Drink Folk pada Rabu (10/5/2023).
Kemudian banyak customernya dari luar daerah juga tertarik untuk membeli jamu tersebut. Tetapi dengan produk jamu yang masih cair dan tanpa pengawet tentu hal itu membuat produk tidak bisa tahan lama. Apalagi harus menempuh perjalanan yang cukup jauh.
Metode ini dipertahankan beberapa tahun, hingga akhirnya Helen memutuskan untuk membuat terobosan baru untuk mencoba membuat jamu dengan cara dikeringkan lalu di buat dalam bentuk kapsul.
Sebelumnya, penghasilan dari penjualan jamu tersebut dia donasikan ke sebuah panti asuhan. Menurutnya hal itu merupakan bonus dari penghasilannya. Sehingga, hal tersebut bisa bermanfaat.
"Penghasilan jamu itu saya donasikan ke sebuah panti asuhan. Saya tidak ambil hasilnya karena menurut saya ini hanya appetizer dari penghasilan saya. Nah, ibu di panti asuhan menyarankan jamu ini dijual dalam bentuk kapsul atau tablet," jelasnya.
Ide yang tercetus itu kemudian membuat Helen selalu kepikiran bahkan saat dirinya berada di Amerika. Helen kemudian berdoa agar diberikan petunjuk dari Tuhan untuk memulai usahanya ini.
"Saya mikir Tuhan ini jamu diapain yah, supaya ini bisa dijual ke orang banyak. Soalnya aku gak enak bebani orang. Saya tahu rasanya diberi terus dengan nominal yang lumayan berbulan-bulan bertahun-tahun itu tu nda enak," katanya.
Dengan berani dia mulai memesan bahan-bahan jamu yang biasa dia gunakan. Helen mengerahkan karyawan di rumahnya untuk mengeringkan semua bahan jamu itu dengan takaran yang sama seperti yang biasa dibuatnya. Lalu bahan itu digiling kemudian dimasukkan ke kapsul.
Helen pun bernazar jika penjualan 300 kapsul pertama jamu keringnya sukses, dia ingin mendonasikan semua penghasilan itu ke panti asuhan. Saat itu panti asuhan sedang membutuhkan biaya. Nominal 300 kapsul itu mencukupi biaya yang dibutuhkan panti senilai Rp. 45 juta. Helen pun mendonasikan seluruh penghasilannya itu ke panti tersebut.
Jamunya semakin dikenal oleh masyarakat di luar daerah hingga banyak yang menawarkan untuk menjadi reseller. Tetapi, dia sempat ragu karena saat itu dia belum mengantongi izin. Tetapi, meski begitu pencinta jamu miliknya semakin banyak.
Filosofi Nama Nathso
Setelah dua sampai tiga tahun dirinya menjual jamu itu, Helen kemudian berniat untuk mendaftarkan hak paten produknya dan mendaftarkan ke BPOM. Namun, nyatanya nama jamu Guva sudah ada yang memakainya sebagai hak paten.
Dia pun memilih untuk mengganti nama produknya agar lebih mudah mengurus hak paten. Nathso sendiri memiliki arti yang cukup filosofis. Nath diambil dari nama belakangnya. Kemudian huruf S dari kata Srikandi yang juga merupakan nama depan perusahaan PT. Srikandi Sumber Berkat.
Sedangkan O dia ambil dari sisi religiutas yang menurutnya produk ini tidak bisa tercipta tanpa kebesaran Tuhan. "Saya merasa saya adalah Srikandi yang Tuhan pilih dan akan jadi nol besar tanpa Tuhan yang bisa menuntun saya," jelasnya.
Helen sendiri mengaku dari kecil memang sudah akrab dengan jamu. Bahkan dirinya memang telah menyukai jamu sejak dirinya masih duduk di sekolah dasar. Di masa kecilnya beberapa waktu dia habiskan untuk berjualan jamu untuk memenuhi kebutuhannya.
Testimoni Pelanggan
Iriene salah-satu pelanggan yang sudah mengonsumsi jamu Nathso ini selama kurang lebih 4 tahun. Dia rutin mengonsumsi produk ini bahkan menyebut dia tidak bisa hidup tanpa Nathso.
Menurutnya setelah mengonsumsi jamu herbal ini, daya tahan tubuhnya menjadi lebih kuat, tidak gampang sakit. Terlebih saat awal kemuculan Covid 19 dia tetap sehat.
"Sudah minum lama sih 4 tahunan yah so far kayaknya nggak bisa hidup tanpa Nathso. Aku tiap hari minum rutin pagi malem. Aku merasa gak gampang sakit apalagi pas covid aku sama sekali gak sakit, flu gak pernah, antibodinya jadi lebih kuat," katanya.
Dia juga menyebut jamu ini sangat berkhasiat untuk organ kewanitaan. Dia merasakan organ intimnya semakin bersih, haid lancar bahkan hubungan seksual dengan suami semakin berkualitas.
"Kalau organ kewanitaan lebih bersih gak berbau, mens juga jadi lebih lancar, hubungan suami istri lebih berwarna karena nggak becek, lebih menjepit gitu. Kalau konsumsi ini juga perlu kurangi gula, pola hidup sehat banyak makan protein," pungkasnya.
Informasi terkait produk Nathso V dan Nathso Men bisa dilihat di akun Instagram @natsho.official atau @helen_nathso. Produk ini juga dapat dipesan secara online melalui layanan e-commerce. (Elva/Fajar)