Gagal Berkali-kali Baru Terpilih, Lukman B Kady: Mentor Terbaik Adalah Kakak Saya Sendiri

  • Bagikan
Lukman B Kady

FAJAR.CO.ID, MAKASSAR--Sejumlah calon legislatif (caleg) baru bisa terpilih di Pemilu 2024. Selama lima kali bertarung baru bisa menang.

Hal ini dialami Lukman Baco Kady. Dia telah mencoba peruntungan berebut kursi parlemen selama 4 kali perhelatan Pemilu. Sampai akhirnya, dia berhasil mendapatkan kursi DPRD Sulsel pada pertarungan keempatnya pada 14 Februari 2024.

Berdasarkan rekap D Hasil KPU Gowa dan Takalar yang masuk wilayah Dapil 3 Sulsel, Lukman meraih 27.845 suara, yang turut menyumbang perolehan suara Golkar di Dapil 3 Sulsel menjadi 68.500 suara.

Lukman pun sukses menduduki kursi keempat dari sembilan kursi yang ada. Pencapaian ini menjadi lebih istimewa karena Lukman mampu menumbangkan petahana, Fachruddin Rangga.

Padahal pada tiga percobaan pertama, saat dia bertarung di DPRD Makassar, suara Lukman jauh dari harapan. Kemudian pada 2019, dia menempati urutan ketiga perolehan suara Golkar Dapil Makassar B DPRD Sulsel.

"Akhirnya Pileg ini saya memutuskan bertarung di dapil Gowa-Takalar. Karena saya punya feeling, kemudian banyak pihak yang mendukung saya, termasuk keluarga, teman dan tim,” ujarnya kepada FAJAR, Kamis, 7 Maret.

Kata Lukman, dia sudah pernah melewati jatuh bangun dalam dunia politik. Bahkan frustasi pun pernah dilewati, karena beratnya persaingan yang ada di dalamnya.

Beruntungnya, Lukman punya mentor politik ulung, Hamka Baco Kady, yang merupakan kakak kandungnya sendiri. Kata Lukman, Hamka lah orang yang paling berjasa dalam karier politiknya.

”Mentor terbaik saya itu kakak saya sendiri, Pak Hamka B Kady. Dia yang paling besar mendidik saya dalam politik, termasuk keluarga besar saya di Takalar dan Gowa,” terangnya.

Padahal, Lukman tidak terlahir dari keluarga politisi. Mendiang ayahnya pengusaha kursi dari rotan, namun sudah jadi tokoh besar Muhammadiyah sejak dulu. Akan tetapi, jiwa bebasnya yang mengantarkan dia terjun ke dunia politik.

"Saya anak bungsu, lahir di Parepare. Saat saya usia dua tahun, ibu saya wafat. Kemudian saat kelas 4 SD, bapak saya yang wafat. Makanya saya diambil kakak dan dibawa ke Takalar. Status yatim piatu itulah yang membuat saya gemar berorganisasi, mulai SD sampai kuliah dan masuk politik,” terangnya.

Pria kelahiran 30 Desember 1969 itu juga sudah mandiri sejak remaja. Itu tidak lepas dari didikan saudara-saudaranya yang tegas dan disiplin. Dia sudah punya jadwal sejak bangun hingga tidur. Mulai dari menyapu halaman, memanggul air, dan banyak hal lainnya.

Bahkan dia pernah bekerja sebagai buruh harian dan tukang becak. Termasuk juga petugas kebersihan kelurahan, yang diberi tanggung jawab untuk membersihkan selokan.

"Saya pernah mengecor bangunan di Makassar, keluarga tidak ada yang tahu. Pernah juga bawa becak, buruh harian, dan yang paling tidak pernah saya lupa adalah kerja membersihkan got. Itu sekitar 3 sampai 4 bulan bersama pekerja dari kelurahan,” kata dia. Namun dia bersyukur, jalan berat yang diberikan Tuhan ternyata membuatnya lebih kuat. (wid/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan