Misalnya di 2022 bantuan keuangan Rp20 miliar pada Toraja Utara. Lalu Rp8 miliar di 2023.
Kemudian untuk Tana Toraja, bantuan keuangan Rp22,5 miliar pada 2022. Di 2023 senilai Rp31,2 Miliar.
Pada dasarnya, apa yang disampaikan Danny dan Sudirman benar. Program yang dimaksud ada, dan anggaran yang digelontorkan pun ada.
Namun inilah dalam komunikasi politik dimaksud dengan glittering. Membungkus sesuatu dengan kemasan yang sangat bagus, tapi sebenarnya tidak demikian.
“Glittering itu membumbui suatu yang biasa saja sehingga terkesan hebat,” kata Pengamat Politik Andi Ali Armunanto.
Menurut Budayawan Halilintar Lathief, penghargaan terhadap budaya tidak sekadar mengenakan pakaian adat dan menggelontorkan anggaran saja.
Ia menganggap Danny dan Sudirman sama saja. Sama-sama punya rekam jejak yang tidak bagus dalam aspek kebudayaan dan keberagaman.
Selama masa Pilkada 2024, Halilintar melihat keduanya kerap menebar citra seolah peduli kebudayaan. Misalnya dengan menggunakan pakaian adat dan menggunakan kata-kata berbahasa daerah.
“Ya jualannya pakaian baju adat, kata-kata mutiara bahasa daerah. Biasanya begitu kan. Itu aja,” kata Halilintar saat diskusi bersama jurnalis di Sekretariat Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Makassar, 24 November 2024.
Pengertian kebudayaan bagi politisi tersebut, dinilainya tidak menyeluruh. Hanya sekadar simbolik saja. Seperti berapa masjid yang sudah dibantu, dan berapa orang yang telah dinaikkan haji.
“Salah satu calon gubernur. Itu merasa bangga karena sudah membantu sekian miliar kebudayaan. Jadi dia pemikirannya, kalau saya sudah bantu sudah ok,” terangnya.