Komentari Tarif Trump, Peneliti ISEAS: Pemerintah Berusaha Memelintir Tarif 19-0

  • Bagikan
Presiden AS Donald Trump. ilustrasi Foto: Mandel Ngan/AFP

Itulah resiko dari proses digitalisasi. Orang-orang kita terlalu jenius berunding sehingga imajinasinya masih mesin ketik! Coba kowe beli e-book di Amashit. Perhatikan ketentuan pembeliannya. Kowe bayar bukan untuk beli buku. Membeli tidak untuk memiliki. Tuku ning or nduweni! Itu sama jeniusnya Wong Solo "sudah tapi belum" itu. Kowe pun harus bacanya pake Kinthel, barangnya Amashit itu. Jadi nggak seperti membeli buku cetak dimana kowe pemilik buku itu.

Jadi bisnisnya adalah App. Program komputernya dipegang. Barangnya ga akan jalan tanpa program itu. Jadi, orang berdagang sekarang bukan berdagang mekanik; tapi dagang program digital dengan data sebagai basis utamanya.

Nantinya kita akan tergantung dari AS. Apa-apa mereka semua yang menentukan. Di wilayah digital ini akan sangat terasa. Di masa depan, komoditi itu adalah data. Iya data! Imajinasi mesin ketik nggak akan bisa sampai ke imajinasi digital.

"Untung? Hebat? Makan tuh nasionalisme! NKRI harga mati. Lha yang mati itu kita-kita ini. Pemilik NKRI itu ya jaya terus karena jadi komprador atau antek AS, " tutup Made. (sam/fajar)

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan