Fajar.co.id, Jakarta -- Penulis kondang yang juga alumni Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Tere Liye, kembali menanggapi terkait royalti lagu yang beberapa hari ini ramai jadi perdebatan.
"Saya ajarkan kalian konsep royalti ke dasar-dasarnya, biar paham: Prinsip mendasar royalti itu adalah: kamu pakai, gunakan, nikmati, maka kamu bayar. Sekali lagi, kamu pakai, gunakan, nikmati, maka kamu bayar," tulis Tere Liye, dikutip Jumat (8/8/2025)
"Lantas, jika kamu tidak pakai, gunakan, nikmati, bayar tidak? NGGAK. Nah, sampai sini paham? Jika sudah paham, kita lanjut," sambung penulis novel 'Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin' ini.
Jika mau menikmati memutar lagu, baca buku, serial, film, main game, software, nonton bola, dan lain sebagainya, maka bayar dong. Kocak jika kamu ngotot tidak mau bayar. Termasuk lagu-lagu nasional, warisan bersejarah, apapun itu. Saat masih berlaku hak ciptanya, bayar. Kecuali sudah jadi milik umum, digratiskan, dll.
"Paham sampai sini? Karena kalau nggak paham, repot nanti. Baik, kita lanjut. Sekarang, bedakan penggunaan pribadi dan komersil. Kamu langganan nonton bola, netflix, spotify, youtube, maka itu adalah langganan pribadi. Artinya, hanya sebatas kamu saja yang boleh nikmati," urainya.
"Saat kamu putar di restoran. Jual tiket, dapat penghasilan, monetisasi, ayolah, pakai logikanya dikiiiit saja, TIDAK boleh. Nah, jika kamu tetap maksa, maka bayar dong royalti untuk komersil. Beda," lanjutnya.
Logika ini disebutnya simpel, fair dan masuk akal sekali. Karena, menurutnya, bikin lagu bagus, buku bagus, serial, film, pertandingan bola bagus itu tidak mudah dan tidak murah. Itu tuh susah payah. Nah, jika kamu kerja mau digaji, maka pekerja seni mau juga dong digaji. Terakhir, sekali lagi: jika tidak mau bayar, maka tidak usah dipakai, gunakan, nikmati.