Di Daerah Ini Kambing Tidak Makan Rumput, Tapi Kertas, Plastik, Uang Hingga SK

FAJAR.CO.ID, SUMBAWA - Pulau Bungin luas aslinya cuma 2 hektare. Warga lebih suka membangun rumah dengan material karang ketimbang tanah urukan. Tiap tahun puluhan rumah baru berdiri.
DI Bungin, pesulap kalau levelnya cuma sekelas pesta ulang tahun anak-anak tak akan laku. Mau atraksi apa coba, menarik kelinci dari dalam topi? Atau menghilangkan kertas di tangan?
Orang-orang Bungin bakal bilang, apa anehnya? Aneh mana dengan kambing-kambing di sini?
Tiap hari mereka makan apa saja selain rumput: kertas, plastik bungkus makanan, atau bahkan uang. Tapi tetap bisa beranak pinak!
”Coba saja dikasih uang kertas, pasti dia makan,” tantang Arif Rahman Hakim, salah seorang warga, kepada Jawa Pos saat berkunjung ke sana pertengahan November lalu.
Benar saja. Ketika diberi selembar uang kertas Rp 5.000, salah satu kambing yang saat itu tengah berkeliaran langsung melahapnya tanpa ragu.
Rumput tak tumbuh di pulau yang terletak di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu karena tanahnya tandus.
Bungin dalam bahasa Bajo, etnis mayoritas di sana, memang berarti gundukan pasir. Tak cuma rumput, segala jenis tanaman jarang sekali bisa hidup sana.
Tapi, kalaupun tanahnya bisa ditanami, mau ditanam di mana? Bungin kerap disebut sebagai pulau terpadat di dunia. Dengan luas hanya 9,5 hektare, pulau tersebut dihuni sekitar 3.500 orang.
Ada 764 rumah yang berdiri di atasnya. Dengan satu rumah bisa dihuni sampai tiga kepala keluarga (KK).
Bahkan, menurut Tison Sahabuddin, tokoh pemuda di sana, luas asli Bungin hanya 2 hektare. Tapi terus berkembang jadi seperti sekarang karena reklamasi batu karang untuk tempat tinggal.