Kenali Medan Tempurmu
Banyak orang berasumsi bahwa negeri kita beriklim tropis, adalah medan tempur yang menguntungkan karena akan menjadi penghambat penyebaran virus, bahkan banyak pakar meramalkan ketika memasuki musim kemarau penyakit ini akan musnah dengan sendirinya. Ternyata asumsi tersebut tidak tepat. Peningkatan kasus tetap terjadi, begitu juga kematian yang ditimbulkan. Bahkan kematian sering dilaporkan terjadi pada pasien berusia muda tanpa komorbid yang jelas. Medan tempur yang ada di sekitar kita mungkin relatif lebih menguntungkan dibanding mereka yang sedang bertempur di Negara yang memiliki 4 musim, namun tak berarti lawan kita menjadi mudah dilenyapkan tanpa upaya yang maksimal untuk memutus rantai penularan dengan melakukan protokol kesehatan ketat.
RS mulai Kewalahan
Beberapa hari terakhir, kita telah disajikan berita bahwa beberapa RS telah kewalahan menghadapi serbuan COVID-19. UGD RSUD Daya di Makassar diberitakan telah menutup layanan UGD karena 3 dari 5 dokternya terinfeksi virus korona. Salah satu RS tipe B di Makassar telah menutup kamar OK karena 20 orang dokter dan perawat terkena Covid-19 dan dikarantina. Di Surabaya, terjadi masalah lebih parah lagi. RSAL Dr. Ramlan gagal memobilisasi pasien dari ICU ke perawatan karena pasien tidak bisa dipulangkan ketika harus memenuhi syarat 2 kali pemeriksaan swab/PCR negatif untuk memulangkan pasien. Penumpukan pasien membuat RS tak bisa menerima pasien baru yang terus ‘membludag’.
Beberapa waktu yang lalu tersebar di medsos, terjadi krisis ventilator di beberapa RS Surabaya karena banyak kasus COVID-19 dalam kondisi kritis dan mengalami gagal nafas akut. Pemberitaan di televisi CNN, juga menyebutkan bahwa RS universitas Airlangga, begitu juga laboratorium Institute of Tropical disease atau ITD Unair, juga menghentikan penerimaan pasien baru dan layanan pemeriksaan laboratorium karena tenaga kesehatan berguguran.