Cerita Petugas Jenazah Covid-19 Saat-saat Genting, Zainuddin Terpaksa Ngompol

  • Bagikan

Sementara itu, untuk resep menjaga kekebalan tubuh, petugas ini menjaga suasana hati tetap bahagia dengan saling bercanda. Selain itu, menjaga kekompakan dengan saling menguatkan satu sama lain. Terpaksa Ngompol Ketika bertugas, pakaian yang wajib dikenakan para petugas ini saat pemulasaraan jenazah adalah Alat Pelindung Diri (APD) level 3.

Antara lain baju hazmat, kaca mata google, face shield, sarung tangan panjang, masker N95, masker bedah dan sepatu boots. Jenazah akan dimandikan, dikafani, dibungkus plastik, dimasukkan ke peti serta diberi plastik kembali.

Jenazah lantas disalati. Sementara, dengan berpakaian lengkap tersebut, pernah sekali waktu salah satu petugas, M. Zainudin, terpaksa mengompol karena tidak ada waktu untuk melepas APD yang dia kenakan.

Pada saat pemakaman jenazah, pria kelahiran 1992 itu tak mampu menahan buang air setelah menahannya selama 8 jam.

Waktu itu jenazah Covid yang harus ditangani berjumlah empat dalam waktu beruntun. APD yang hanya bisa digunakan sekali pakai membuatnya terpaksa mengompol.

Tak hanya itu, Zainudin akhirnya memutar otak dan mencari alternatif lain agar dirinya bisa buang air kecil.

“Saya orangnya gampang mabuk dan beser, apalagi harus mengurus sehari sampai 5 jenazah. Setelah menahan 8 jam pemakaman beruntun, saya terpaksa ngompol. Bayangkan saja, rasanya udah di ujung dan masih harus memikul peti yang jaraknya 1 km. Pas sampai di kantor dan bisa mandi, rasanya dunia akhirat milik saya,” akunya sembari tertawa.

Zainudin menambahkan, ia terpaksa melubangi baju APDnya agar bisa buang air kecil sewaktu-waktu. Pria asli Jombang itu pun sempat berpikir untuk menggunakan popok dewasa untuk mengantisipasi buang air kecil di saat sibuk mengurus jenazah Covid-19.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan