Faktanya, sekalipun sudah ditunjuk sebagai Kepala Distrik Kahu menggantikan ibundanya I Camendini, Arung Kahu, La Temmu Page, melakukan propaganda kepada semua Arung Palili untuk tidak membayar pajak pada Belanda, sehingga konsekuensinya ia dipecat dan diasingkan ke Pompanua, Onder Afdelling Bone Utara.
Secara fisik terlihat menyerah namun taktik perjuangan yang semula menggunakan perang gerilya, diubahnya menjadi perlawanan dalam sistem pemerintahan Belanda.
Sementara itu, Ayah Sjafrie, Sjamsoeddin Koernia juga merupakan anggota ABRI, terakhir berpangkat letnan kolonel. Sempat membangun masjid di Desa Labuaja Kecamatan Kahu, Bone.
Sjafrie merupakan lulusan Akademi Militer (Akmil) tahun 1974. Ia lulus barsama dengan Letjen Purn Prabowo Subianto. Juga sama-sama bertugas di Komando Pasukan Sandi Yudha — yang saat ini dikenal sebagai Kopassus.
Dia memulai karier sebagai Danton Grup 1 Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha) dan kemudian menjabat sebagai Dan Nanggala X di Timor-Timur pada tahun 1976.
Pada tahun 1997, Sjafrie diangkat sebagai Pangdam Jaya, menjadikannya sebagai salah satu jenderal bintang tiga terkemuka di TNI. Pernah mendapat julukan ‘Pangdam Jaya Tertampan’.
Dia memiliki peran dalam meredam kerusuhan di Jakarta pada Mei 1998.
Ia juga sempat menjabat sebagai Koordinator Staf Ahli (Korsahli) TNI (2001), pernah berada di Pusat Penerangan (Puspen) TNI (2002), menjadi Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan (2005).
Selanjutnya Wakil Menteri Pertahanan era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) periode 2010-2014.