FAJAR.CO.ID, MAKASSAR -- Presiden Mahasiswa (Presma) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UINAM) Muh. Zulhamdi Suhafid, mengkritik keras pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang dinilai meremehkan permasalahan gaji guru di Indonesia.
Menurut Presma UINAM, ucapan tersebut tidak hanya mencerminkan ketidakpekaan pemerintah terhadap kondisi tenaga pendidik, tetapi juga “sangat melukai hati para guru” yang selama ini menjadi garda terdepan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa, tapi ironisnya, justru mereka tidak mendapatkan penghargaan layak dari negara. Apalagi gaji guru dianggap menjadi tantangan APBN. Jika gaji guru masih rendah dan kesejahteraannya diabaikan, bagaimana kita bisa berharap pendidikan kita maju?” tegas Presma UINAM dalam keterangan resminya.
Ia juga menyoroti polemik di media sosial, yakni pernyataan Sri Mulyani yang menyebut bahwa apakah rendahnya gaji guru dan dosen bisa diselesaikan dengan keuangan negara atau dengan pendekatan lainnya, misalnya partisipasi masyarakat.
Ia beranggapan, bila hanya mengandalkan APBN, maka dikhawatirkan kesejahteraan guru dan dosen sulit terselesaikan.
Ia menilai, pernyataan Sri Mulyani menunjukkan bahwa sektor pendidikan belum menjadi prioritas strategis dalam kebijakan anggaran pemerintah. Padahal, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ketimpangan mutu pendidikan masih terjadi di berbagai wilayah, sementara angka kesejahteraan guru honorer masih jauh dari kata layak.
Presma UINAM juga mengingatkan bahwa Undang-Undang Dasar 1945 secara jelas menegaskan kewajiban negara untuk memajukan pendidikan nasional. Oleh karena itu, pemerintah seharusnya memberikan perhatian lebih besar terhadap kesejahteraan guru, bukan justru mengeluarkan pernyataan yang terkesan abai.