Ban-ban bekas mobil ternyata mampu menghasilkan belasan juta per bulan. Tangan-tangan kreatif, warga Blok Kebagusan, Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jambang Kabupaten Cirebon, sudah membuktikannya.
================
SELAMA bertahun-tahun, ban-ban bekas yang tidak layak pakai tersebut disulap menjadi bahan baku utama kursi dan meja. Secara turun temurun, kini menjadikan Desa Sitiwinangun sebagai sentra bahan baku anyaman karet. Salah satu warga yang menekuni usaha anyaman karet dari ban bekas yakni Asirah 57. Ia bahkan sudah melakoni bisnis usaha ban bekas mobil tersebut sejak 1982. Asiran bersama suaminya, mulai tertarik dan melirik ban bekas mengingat banyak perusahaan furniture dari rotan di Cirebon yang memproduksi kursi dan meja, namun masih memasok anyaman karet dari luar kota. Dari situ, idenya muncul untuk membuat bahan baku anyaman karet. "Dari ban-ban bekas mobil ini kami sisir menjadi bentuk seperti anyaman. Setelah itu kami kirim ke perusahaan meubel dan rotan di Cirebon," ujarnya kepada JawaPos.com, Jumat (16/3/2018). Ban-ban bekas mobil untuk bahan baku utama meja dan kursi itu didapat dari penjual atau dari bengkel yang menawarkan. Harga ban bekas mobil sendiri dibelinya seharga Rp 25 ribu per biji. Dari satu ban mobil berukuran 900/1000, ia mampu menghasilkan 200 meter bahan utama karet anyaman. Setiap harinya, Asirah mengolah sedikitnya 7-8 ban mobil bekas. Setelah diolah, kemudian dilemparnya ke perusahaan-perusahaan dengan harga Rp 250 per meter. "Untuk omzet per bulannya mencapai mencapai belasan juta. Itu masih kotor, belum menghitung pekerja dan buat beli ban bekasnya," ujar Asirah.