Kepada Haerul, Rektor Unhas: Jangan Terlena, Teruslah Bekerja dan Berkarya

  • Bagikan

Haerul kemudian menceritakan proses yang ia lakukan selama membuat pesawat terbang tersebut. Ia menceritakan secara detail hal-hal menarik yang ia alami, mulai dari uji coba pertama yang gagal, hingga akhirnya berhasil terbang setelah enam kali uji coba.

Uji coba kedua dilakukan di runway Malimpung yang merupakan landasan pesawat peninggalan Jepang. Pesawat naik sekitar 10 sentimeter tapi hilang kendali dan sayapnya patah. Haerul kemudian mencari apa penyebabnya, dan segera melakukan penyempurnaan.

“Pada uji coba ketiga, saya lakukan di pantai. Pesawat naik sampai 2 meter. Saya betul-betul tegang tapi sangat bahagia. Pesawat sudah berhasil terbang, tapi saya belum tahu caranya belok. Pesawat yang terbang lurus akhirnya menabrak dinding pembatas pantai,” kata Haerul yang disambut tawa.

Lurah Pallameang, Asdar, menjelaskan bahwa sebagai aparat pemerintah dirinya menghadapi dilema. Haerul minta izin untuk setiap uji coba itu. Menurut aturan yang berlaku tidak mungkin aparat pemerintah memberi izin. Uji coba seperti ini memiliki risiko besar, baik untuk keselamatan Haerul maupun untuk orang di sekitarnya.

“Disisi lain, kami juga tidak ingin membatasi imajinasi dan semangat Haerul yang begitu mengagumkan. Akhirnya, aparat pemerintah dan pihak terkait sepakat mengambil langkah kompromi. Kita izinkan secara lisan. Kita tidak memberi izin tertulis, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,” kata Asdar.

Hal yang sama disampaikan oleh perwakilan FASI Sulawesi Selatan, A Salam. Sebagai penggiat dirgantara yang diakui pemerintah, ada standar ketat dalam izin penerbangan. Ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu kelayakan pesawat, dan kelayakan penerbang. Ada verifikasi dan sertifikasi yang ketat untuk kedua hal itu. Sementara Haerul tidak memiliki keduanya.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:
  • Bagikan