Runway Malimpung yang digunakan untuk uji coba kedua merupakan lahan milik Angkatan Udara, yang berada di bawah tanggung jawab Pangkalan Udara Hasanuddin. Dilema sama juga dihadapi oleh pihak FASI.
“Kalau kita biarkan, kita melanggar aturan. Kalau kita larang, berarti kita membatasi inovasi anak bangsa. Akhirnya kami mengambil langkah yang sama dengan Pak Lurah tadi. Kita tahu, tapi pura-pura tidak tahu. Kita berkoordinasi dengan teman-teman wartawan agar dalam pemberitaan tidak menyebut uji coba di Runway Malimpung, tapi di lapangan sepak bola,” kata Salam, yang mengaku sangat lega ketika akhirnya Haerul berhasil menerbangkan pesawatnya dan menjadi viral ke seluruh Indonesia.
Mendengar kisah Haerul dan tanggapan FASI maupun Lurah Pallameang, Sekretaris Universitas, Prof Dr Nasaruddin Salam, mengatakan kekagumannya. Sebagai ahli dalam bidang aerodinamika, Prof Nasaruddin mengetahui bagaimana kompleksnya kalkulasi untuk memastikan agar pesawat dapat terbang.
“Apa yang dilakukan Haerul merupakan metode trial and error. Jadi dia coba dulu, kalau salah dia cari apa masalahnya. Setelah diperbaiki, dia coba lagi. Ini bukan hanya inovatif, tapi juga butuh keberanian,” kata Prof Nasaruddin.
Sementara itu, Rektor Unhas, Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu, menyatakan salut dan takjub dengan apa yang telah dilakukan oleh Haerul, yang berani mengambil resiko. Menurut Prof. Dwia, dari pengalamannya, tantangan terbesar yang dihadapi oleh orang-orang yang berpikir “out of the box” seperti Haerul adalah justru dari orang sekitar. Bisa jadi pada awalnya dia dicemooh, bahkan mungkin dianggap tidak waras. Hal ini dibenarkan Haerul.