Sebelum perang dimulai, Raja Gowa meninggal dunia. Maka La Pareppai To Sappewali saudara La Padassajati sendiri yang tidak lain adalah juga anak dari La Patau menggantikan kakeknya sebagai Somba ri Gowa. La Pareppai To Sappewali juga bersikap sama dengan tetap menolak untuk menyerahkan saudaranya ke Bone. Konflik ini juga ditengahi oleh Belanda, sehingga perang perang antara anak dengan ayah menjadi terhindarkan.
La Patau adalah raja yang pertama mengangkat Matowa sebagai pemimpin orang-orang Wajo yang tinggal di Makassar dengan tujuan agar orang-orang Wajo yang tinggal di Makassar dapat diawasi keadaan sehari-harinya karena mengingat pada waktu itu La Patau mempunyai tugas sebagai Raja Bone, dan sekaligus juga sebagai Ranreng Tuwa di Wajo.
La Patelleng Amanna Gappa adalah orang yang pertama diangkat sebagai Matowa Wajo.
Seperti tertera di silsilah keturunan Andi Amran dalam Lontara Bugis, yang terbit 1941 berBahasa Bugis, tertulis Andi Amran Sulaiman keturunan dari La Pawawoi Arung Sumaling, anak keempat La Tenri Tappu, Raja Bone ke-23. La Pawawoi Arung Sumaling mempunyai keturunan bernama Andi Baco Gangka Petta Teru, yang istrinya Karaeng Beja. Anak Karaeng Bantaeng/Karaeng Bore berdomisili di Bantaeng.
Andi Amran Sulaiman lahir dari ayah Andi Sulaiman Petta Linta dan ibu Andi Nurhadi Petta Bau.
Bila ditarik ke atas, ayahnya adalah keturunan La Patau, dan ibunya keturunan dari I Mariama Karaeng Padukangang Anak I Mappadulung Raja Gowa. Hal ini dapat dilihat dalam silsilah: La Patau Matanna Tikka Raja Bone XIV dengan istri I Mariama Karaeng Pattukangang.