Sayangnya, skuad mewah itu belum maksimal mengubah peluang menjadi gol. PSIM Yogyakarta justru tampil militan dengan semangat klub promosi dari Liga 2 yang ingin membuktikan diri layak naik kasta.
Pertandingan ini menjadi ujian perdana pelatih Eduardo Perez bersama Green Force menghadapi tim promosi yang baru kembali ke kasta tertinggi.
Sebuah ironi, Persebaya dengan skuad mewah dan dukungan suporter fanatik di kandang sendiri, justru dipermalukan klub promosi dari Liga 2.
Serangan bertubi-tubi Persebaya tak mampu membongkar pertahanan rapat PSIM.
Justru, gol Vidal di injury time seperti tak terkawal dengan baik oleh skuad Persebaya.
Ze Valente yang dilepas Persebaya dan memakai kostum PSIM tampil sebagai algojo. Gelandang asal Portugal itu berkali-kali ia menusuk lini belakang Persebaya, melepaskan tembakan berbahaya, dan mengacaukan aliran bola.
Ze Valente yang musim lalu dielu-elukan Bonek, seakan ingin membuktikan bahwa Persebaya telah melakukan kesalahan besar telah melepasnya. Ze Valente tampil dengan semangat ganda—separuh dendam, separuh pembuktian.
Kemenangan PSIM bukan kejutan semata. Laskar Mataram membuat manajemen serangan dan pertahanan serta ditopang dengan semangat tinggi.
PSIM mampu menciptakan barisan pertahanan rapi. Serangan cepat dan presisi. Pelatih Kas Hartadi sukses menanamkan militansi yang jarang dimiliki tim debutan.
Para pemain PSIM tak gentar menghadapi nama-nama asing Persebaya. Mereka justru menikmati laga seolah sedang bermain di rumah sendiri.
Dan klimaksnya datang di menit 90+2. PSIM akhirnya memecah kebuntuan. Umpan akurat Dede Sapari yang disambut sepakan keras Ezequiel Vidal tak mampu dibendung Ernando Ari, dan menggetarkan jala Persebaya Surabaya.