"Kita anggap ini kan tidak makar, tindakan ekspresi yang biasa saja. Jangan ditanggapi berlebihan, proporsional aja," sebutnya.
Lebih lanjut, Politikus Partai NasDem ini menekankan bahwa adanya rasa kecewa dari lapisan masyarakat terhadap pemerintah sebagai hal biasa.
"Orang memiliki rasa kecewa, marah, sejauh tidak melecehkan simbol-simbol negara fine-fine saja. Memang ada yang fundamental, keliru di kita, kritik kita salah alamat," Willy menuturkan.
Sebagai contoh, Willy mengungkapkan fenomena yang berkembang di masyarakat, ketika marah pada pemerintah, maka negara yang disalahkan.
"Di dalam teori demokrasi itu negaranya stabil, pemerintahan silih berganti. Dalam konteks ini kita bisa belajar dari pengalaman Turki," tambahnya.
"Politik itu dinamis, pemerintahan datang dan pergi, tapi spirit patriotisme kita kemudian harus tetap berdiri," jelasnya.
Kata Willy, jika berkaca pada Turki, setiap rumah terdapat bendera negara mereka, bahkan pada setiap diaspora mereka.
"Kita bisa belajar dari Turki dalam konteks ini. Jadi ini sebuah kritik, ungkapan kemarahan, salah alamat, dan juga direspons secara reaksioner oleh beberapa orang," tandasnya.
(Muhsin/fajar)