Meski jengkel, dia akhirnya membayar uang transportasi tersebut. Namun, ternyata permintaan dana itu belum berakhir. Saat menjalani Latsar, Husein tiba-tiba ditagih uang sebesar Rp350 ribu.
"Mungkin bagi sebagian orang, uang senilai di bawah Rp1 juta kecil. Tapi bagi, kami itu agak berpengaruh," ujarnya.
Apalagi, gajinya selama tiga bulan belum dibayar. "Benar-benar belum dibayar, dirapel katanya. Ya, udah. Tapi, kan jadi berat banget gitu," katanya.
Husein mengaku sama sekali tidak memiliki uang. Bahkan, dia sampai membuat tangkapan layar atau screenshoot isi rekeningnya. "Enggak ada (uang). Rp500 ribu saja enggak ada di rekening waktu itu," akunya.
Karena tidak memiliki uang dan menduga dirinya menjadi korban pungli, Husein mengaku akhirnya melapor ke situs lapor.go.id dengan mencantumkan tangkapan layar penagihannya.
"Saya kasih bukti transfernya di situ dengan kata-kata yang baik, dengan kata-kata yang saya pikirkan bersama teman-teman saya," urainya.
Setelah mengirimkan laporan ke situs lapor.go.id, tiba-tiba ribut soal laporan tersebut dan dicarilah pelapornya. Banyak peserta Latsar yang dituding sebagai pelapor.
"Karena banyak yang dituding dan kasihan. Saya tidak mau merugikan banyak orang, akhirnya ngaku saja bahwa saya yang melapor," bebernya.
Namun, Husein tidak menduga, dirinya justru mendapat intimidasi akibat laporan tersebut. Dia kemudian diminta untuk menghadap ke kantor BKSDM Pangandaran.
"Suasananya kayak gimana ya, HP disuruh ditaruh di depan. Terus suasananya enggak enak lah," ujarnya.